Tantangan Menulis Hari ke - 47

#TantanganGurusiana

Hidup memang begitu, tajam sama orang tak punya. Pak Abas paham betul dengan keadaan ini, tapi apa boleh buat, ia tak bisa berbuat banyak untuk keluarganya. Apapun telah dicoba dan diusahakan untuk menghidupi keluarganya, barangkali memang takdirnya demikian.

"Jangan sedih, Puti belajar yang rajin lagi, semester besok pasti rangking dua lagi", bujuk Pak Madi sambil mengusap kepala Puti.

"Ya Atuk", jawab Puti.

Pak Abas dan Bu Yani kembali menyelesaikan pekerjaan mereka yang tertunda. Sorepun datang menjelang. Puti masih diam seribu bahasa.

Tak lama kemudian Puti berlalu menuju halaman sebelah warungnya. Halaman sekolah Taman Kanak- Kanak. Puti main sendirian. Ia mengayun dirinya pelan - pelan. Dalam yatinya berkata", Andaikan ayahku guru, pastilah hidup tak sesusah ini" " Pasti aku tak diejek sama Pak Diman, Pasti lah banyak yang sayang sama aku" Puti mengatai dirinya sendiri.

Puti mengayun dirinya lebih kuat lagi. Ayunan bertolak lebih kencang dan tinggi. Seolah - olah ingin menerbangkan beban di hatinya. Ia sangat terpukul, dengan cara gurunya mengumumkan dirinya memperoleh rangking itu. Puti merasa di hina.

"Puti, ayok mandi Nak, hari sudah sore". " Puti belum solat Asar kan?. " Ayo lah". Bu Yani memanggil anaknya dari pintu dapur.

"Iya Bu", teriak Puti. Namun ayunan itu masih bertolak kencang. "Lima menit lagi Bu," teriak Puti lagi.

(bersambumg)